Pulo Cinta santer disebut sebagai Maldives-nya Indonesia karena memiliki pasir putih, pantai, dan spot diving maupun snorkeling yang cantiiiiik.
Perjalanan hingga pulau ini memakan waktu 9 jam kurang lebih; Jakarta – Makassar – Gorontalo 5.5 jam. Tiba di Gorontalo menuju lepas pantai 3.5 jam. Tak lupa makan siang ikan bakar khas Gorontalo ya biar ga ngambek maag-nya.
After 9 hours…Hello, paradise!
Setiba di Pulo Cinta, kita akan disambut oleh interior & eksterior water resort yang sangat menawan wan wan.
Di depan ranjang percis adalah teras sun deck yang menghadap ke lautan lepas berwarna biru bening. Cocok banget leyeh-leyeh ditemani minuman kelapa segar dari batoknya sambil memandangi sunset.
Sebagai eco resort, Pulo Cinta yang baru berdiri 8 bulan menjunjung tinggi pelestarian alam mulai dari tidak adanya AC alias pakai angin alami yang memang beneran sejuk, menggunakan bahan kayu untuk seluruh bangunannya, menjaga kebersihan lingkungan untuk memastikan kondisi perairan sekitar pulau tetap bersih & sehat untuk ekosistem bawah laut.
Semalam di Pulo Cinta ini memakan biaya senilai $350 dan hanya ada 14 cottage!
Sayangnya air bersih terbatas & tidak ada hiburan, seperti bar. Saat ini, TV pun belum dipasang. Untungnya WiFi cukup lancar disini dan ada banyak fasilitas alam yang bisa dinikmati disini. Misalnya snorkeling (sewa alatnya gratis!), berenang keliling water resort yang airnya cetek 1.5-2m, leyeh-leyeh centil manja di sundeck supaya kulitnya glorious tanning.
Atau bengong terkesima menatap lautan biru hijau tosca yang seakan tidak ada habisnya kayak kami.
Kesimpulan saya Pulo Cinta cocok untuk mereka-mereka yang penat dengan pekerjaan yang stressful, hiruk pikuk ibukota yang memperpendek usia, atau sayang-sayangan alias honeymoon.
Malam menjelang, kami mengunjungi restoran yang berada di tengah pulau.
Disana, kami disuguhi hidangan makan malam berupa aneka hasil laut mulai dari ikan tuna, cumi, udang yang segar. Bosen kali selama ini makannya ayam penyet atau bebek penyet. hehehe.
Menghabiskan malam di tempat ini adalah kemewahan! Karena it’s art of doing nothing, jauh dari kepenatan , stress atau kegalauan. Ups! Tidur nyenyak ditemani deru ombak, tentu bangun pagi harinya jadi segar. Apalagi langsung disuguhi sarapan bubur ikan roa ditemani teh anget. Breakfast by the beach!
Selepas dari Pulo Cinta, kami beranjak menuju Gorontalo yang tidak kalah asik untuk dieksplore.
Antara lain Benteng Otanaha yang dibangun tahun 1522 M untuk melindungi kota dari serangan bajak laut.
Perjalanan hingga puncak benteng cukup melelahkan apalagi total ada 3 benteng yang bisa dicapai melalui ratusan anak tangga yang terjal bener. Jangan pakai sandal biar ga lecet atau terpeleset ya. Siap-siap kuncir rambut karena anginnya kenceng pake banget.
Tapi kalau sudah tiba di atas, puas deh!
Kita bisa melihat sebagian Gorontalo dari puncak serta Danau Limboto yang terkenal sebagai tempat pendaratan pesawat amphibi Soekarno di awal masa kemerdekaan beliau berkunjung ke Gorontalo sebagai daerah pertama yang dinyatakan merdeka!
Keesokan harinya adalah jadwal untuk snorkeling di Whale Shark Point yang terletak di Desa Botubarani, 30 menit dari Gorontalo.
Sayangnya, saat ini sedang musim kawin sehingga hiu paus ini justru tidak berada di permukaan laut, melainkan di dasar laut untuk memadu kasih dengan pasangannya. Namun, pemandangan underwater Gorontalo tidak mengecewakan.
Ditutup dengan makan siang di Rumah Makan Mami khas Gorontalo – boleh tambah nasi & lauk sepuasnya hanya bayar sekali, kenyang menyantap aneka olahan hasil laut segar mulai dari kerapu, niku, tuna, ditemani sayuran bunga pepaya & sambal dabu-dabu yang sukses membuat keringat bercucuran.
Tiba saatnya saya bertolak kembali ke Surabaya. See you next time Gorontalo!
All in all, Gorontalo ga kalah dari Maldives & malah lebih bagus lagi. Karena tempat secantik ini ada di rumah kita sendiri, Indonesia!
*masukin list* sekalian mau renang sama whale shark nanti kalau mereka lagi gak kawin.
harus masss 😀